Generasi Milenial dan Kerentanan Bencana di Papua Barat
Indonesia tidak diragukan lagi merupakan salah satu negara dengan potensi bencana yang tinggi. Kerugian ekonomi tidak dapat dicegah jika terjadi bencana besar. Sesuai dengan pengertian bencana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Republik Indonesia 2007, bencana juga dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu bencana alam, bahaya non alam, dan bahaya sosial. Wabah pandemi COVID-19 yang memprihatinkan, menakutkan, dan mengkhawatirkan di Papua Barat hingga data yang dikumpulkan hingga 10 September 2020 adalah 35 kematian dan 649 kasus pulih. Sehingga penting untuk dibuat indeks kerentanan di Papua Barat.
Sejalan dengan hal tersebut, dalam diskusi ini menggunakan data dari peserta yang mengisi SUSENAS Badan Pusat Statistika (BPS) dengan rentang usia 10 tahun sampai dengan 35 tahun dengan jumlah peserta sebanyak 6586 orang. Rata-rata generasi milenial di Papua Barat menggunakan ponsel 55%, memiliki ponsel 61%, menggunakan komputer 89%, mengakses internet 85%. Namun, Maybrat adalah wilayah dengan kepemilikan ponsel, laptop, dan akses internet terendah. Sebaliknya, Tambrauw memiliki persentase terbesar.
Dataset yang digunakan juga menjelaskan akses Informasi, Teknologi, dan Komunikasi, akses makanan, kepemilikan status rumah, Kepemilikan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan Kartu Perlindungan Sosial (KPS),akses keuangan, sumber pendapatan, jumlah kejadian banjir (2018–2019), jumlah kejadian gempa bumi (2018–2019), jumlah kematian COVID-19(27 Maret 2019–10 September 2020), dan jumlah kejadian protest (January 2015-December 2019).
Metode yang digunakan adalah Clustering of around Latent Variable yang dikembangkan oleh Rezzy Eko Caraka pada tahun 2020 dengan mempertimbangkan nilai latent yang didefinisikan sebagai kombinasi linier dari hanya variabel yang termasuk dalam kluster yang sesuai.
Berdasarkan SUSENAS 2017, 98% generasi milenial di Papua Barat belum memiliki Kartu Keluarga Sejahtera atau Kartu Perlindungan Sosial. Mereka juga merasa tidak ada ART yang memiliki atau menerima jaminan sosial. Maka hanya 2% dari 15% milenial yang memiliki kartu ini yang dapat menunjukkannya. Selain itu, lebih dari 96% merasa rumah tangganya tidak pernah menerima program keluarga sejahtera. Namun, sebanyak 25% generasi milenial Teluk Wondana merasa telah menjadi penerima program keluarga sejahtera. Sedangkan jika kita memperhatikan soal blokir akses ke layanan keuangan. Rata-rata setiap keluarga memiliki 1 orang yang memiliki tabungan di lembaga keuangan formal perbankan atau koperasi. Secara keseluruhan, hanya 22% generasi milenial di Papua Barat yang memiliki tabungan di lembaga keuangan formal.
Kemudian, 81% generasi milenial yang bekerja mengirimkan penghasilannya kepada orang tua dan keluarganya. Sebagian besar kasus di Raja Ampat merupakan sumber pembiayaan rumah tangga dari keluarga lain. Gambar 1A memberikan informasi tentang korelasi indeks kerentanan yang dihasilkan dan semua variabel signifikan dengan alpha = 5%. Korelasi tertinggi SoVI adalah dengan kasus COVID-19 dan gempa bumi.
Gambar 1. Korelasi SOVI (A), Akses Keuangan(B) Kepemilikan Rumah (C)Akses Makanan (D)
Terdapat perbedaan yang signifikan sepanjang dimensi Susenas 2017, yang menyoroti status perumahan generasi milenial di Papua Barat. Hal ini dapat diartikan masih adanya kontras status kepemilikan Rumah Tangga Generasi Milenial di Papua Barat. Gambar 1B secara langsung menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga di Papua Barat memiliki kesenjangan yang signifikan. Pada Gambar 1C juga dapat diartikan bahwa masih adanya kontras status kepemilikan Rumah Tangga Generasi Milenial di Papua Barat dan secara langsung menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga di Papua Barat memiliki kesenjangan yang signifikan termasuk akses makanan pada Gambar 1D. Berkaitan dengan bencana alam di Papua Barat, memang terdapat perbedaan kejadian gempa yang cukup signifikan di masing-masing wilayah yang dijelaskan pada Gambar 2A. Gambar 2B menjelaskan Pola jumlah kematian akibat COVID-19 hampir sama dengan kejadian banjir di Papua Barat. Gambar 2C menjelaskan memang terjadi disparitas terjadinya bencana sosial, termasuk protes di Papua Barat. Gambar 2D Dmenjelaskan Cluster 1 (Fakfak, Manokwari, Maybrat, Raja Ampat, Sorong Selatan, Teluk Bintuni, Teluk Wondama), Cluster 2 (Kaimana, Tambrauw), dan Cluster 3 (Kota Sorong), Cluster 4 (Sorong). Selain itu, Cluster 1 merupakan kawasan dengan nilai risiko tertinggi dengan melibatkan semua variabel dalam penelitian ini.
Gambar 2. Natural Hazard (A), Non-Natural Hazard(B), Social Hazard (C), Latent Clustering All Variables (D)
Sekitar 50,36% penduduk usia produktif pada dasarnya adalah generasi milenial. Generasi ini akan menjadi pengendali roda pembangunan khususnya di bidang ekonomi yang diharapkan mampu membawa bangsa Indonesia menuju pembangunan yang lebih maju dan dinamis.
Kesimpulan yang bisa diambil adalah untuk memaksimalkan potensi generasi milenial di Papua Barat adalah dengan memberikan kepemimpinan lokal baru sehingga dapat meningkatkan kompetensi pekerja melalui pelatihan dan pengembangan termasuk kepemimpinan, pengambilan keputusan, pemikiran strategis, dan pemikiran analis.
Generasi milenial Papua Barat akan mampu menghadapi tantangan bonus demografi sekaligus mewujudkan kemandirian bangsa dengan syarat harus sadar akan potensinya. Jika generasi ini mampu merealisasikan berbagai potensinya maka akan muncul sikap optimis. Sikap ini sangat penting dalam menghadapi volatilitas bonus demografi yang akan terjadi dalam waktu dekat. Generasi milenial dapat dijadikan sebagai agent of change untuk meminimalisir risiko bencana yang terjadi di Papua. Masih banyak generasi milenial yang mengaku belum pernah mengikuti pelatihan, hal ini sangat membutuhkan perhatian khusus dan tindakan cepat dari pemerintah dalam menyikapi hal tersebut.
Sumber Utama: https://ieeexplore.ieee.org/document/9262851
Tentang Penulis
Rezzy Eko Caraka, Merupakan Principal Investigator di Graduate School of Public Health (GSPH) Seoul National University dan Post-Doctoral Researcher di SNU Hospital (SNU-H) 🇰🇷 @snu.official. Ia merupakan developer Software olah data Albatross Analytics http://cheoling.snu.ac.kr:3838/DHGLM/
Website : https://linktr.ee/akaracyzzer